Blog yang Membahas Asal Usul, Kisah, Sejarah Kerajaan, dan Rahasia Dunia yang Masih Banyak Tersembunyi.

Kamis, 25 Februari 2016

Rumah Adat Sulawesi Tenggara dan Penjelasannya

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Provinsi Sulawesi Tenggara semakin terkenal dengan wisata baharinya, terutama di gugusan pulau-pulau yang dikenal dengan Wakatobi. Keindahan alam bawah lautnya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung kemari. Namun masih ingatkah kalian dengan pulau penghasil aspal yang terletak di provinsi ini? Ya, Pulau Buton. Pulau ini terletak di bagian tenggara Pulau Sulawesi dan menjadi salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Di sana, terdapat Kesultanan Buton yang meninggalkan beberapa jejak peradaban. Salah satu jejak peninggalan tersebut misalnya dapat kita lihat pada rumah adat Sulawesi Tenggara.

Rumah Adat Sulawesi Tenggara

Beribukota di Kendari, provinsi ini terdiri dari 15 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kota Bau-Bau dan Kota Kendari. Kabupatennya adalah Kabupaten Bombana, Buton, Buton Selatan, Buton Tengah, Buton Utara, Kolaka, Kolaka Timur, Kolaka Utara, Konawe, Konawe Kepulauan, Konawe Selatan, Konawe Utara, Muna, Muna Barat dan Wakatobi.

Rumah Adat Sulawesi Tenggara dan Penjelasannya

Suku mayoritas di Sulawesi Tenggara ini adalah suku Buton. Selain itu terdapat suku-suku lainnya yaitu suku Muna, Tolaki, Morenene dan Wawonii. Suku buton juga dikenal dengan Suku Walio. Suku inilah mewariskan rumah adat Banua Tada yang menjadi Rumah Adat Sulawesi Tenggara.

Rumah Adat Banua Tada

Rumah adat Banua Tana berbentuk rumah panggung dengan material utamanya adalah kayu tanpa menggunakan paku. Banua Tada terdiri dari 2 kata, yaitu Banua yang berarti rumah dan Tada yang berarti siku. Secara harfiah, Banua Tada berarti rumah siku.

Berdasarkan peruntukannya, rumah adat Banua Tada terbagi dalam 3 jenis, yaitu Kamali atau malige, yang merupakan rumah atau istana tempat tinggal raja berserta keluarganya; Banua tada tare pata pale, merupakan rumah siku bertiang empat tenpat tinggal pejabat dan pegawai istana; dan Banua tada tare talu pale, merupakan rumah siku bertiang tiga tempat tinggal orang biasa.

Sebagai peninggalan kesultanan Buton, rumah adat Kamali atau Malige inilah yang lebih dikenal sebagai Rumah Adat Sulawesi Tenggara. Di Malige sendiri terdapat simbol-simbol dan hiasan yang banyak dipengaruhi oleh konsep dan ajaran tasawuf. Simbol dan hiasan tersebut melambangkan nilai-nilai budaya, kearifan lokal dan cerita dari peradaban kesultanan Buton di masa silam.

Material Rumah

Material utama yang digunakan dalam pembangunan Rumah Adat Sulawesi Tenggara ini adalah kayu pohon nangka, jati, dan bayem, baik itu untuk tiang, dinding, pasak, tangga dan rangka atap. Selain itu digunakan pula bambu yang telah direndam dalam air laut untuk lantai, serta daun rumbia atau nipa untuk atap rumah.

Konstruksi Rumah

Terdapat beberapa perbedaan pada ketiga jenis Banua Tada. Perbedaan mencolok terlihat pada bangunan Kamali/Malige. Hal ini bertujuan sebagai penanda kebesaran dan keagungan sultan/raja sebagai pemimpin, pengayom dan pelindung rakyat.

Tabel 1. Perbedaan Konstruksi Rumah pada 3 Jenis Banua Tada
Konstruksi Rumah Kamali/Malige Banua tada tare pata pale Banua tada tare talu pale
Jumlah tiang 8 tiang samping 6 tiang samping 4 tiang samping
Susunan bangunan 4 tingkat 1 tingkat 1 tingkat
Lantai rumah Dibuat dari kayu yang disusun secara bertingkat-tingkat Tidak bertingkat Dibuat dari bambu yang sudah tua dan tidak bertingkat
Secara umum, konstruksi ketiga jenis Rumah Adat Sulawesi Tenggara ini memiliki karakteristik yang dapat mencirikannya. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Sendi (pondasi) tersusun dari batu-batu sungai atau gunung yang berbentuk pipih tanpa bahan perekat lain.
  2. Tiang. Untuk malige, kayu-kayu yang telah diperoleh dibentuk segi empat, sedangkan untuk rumah orang biasa, kayu tiang berbentuk bulat. Setiap tiang dilubangi sebagai temapt menyatukan dengan tiang yang lain. Pertama kali dipasang tiang utama/tiang pusat kemudian disusul dengan tiang-tiang lainnya.
  3. Dinding. Dinding Rumah Adat Sulawesi Tenggara terbuat dari papan kayu yang disusun di sepanjang rangka dinding.
  4. Lantai. Lantai untuk malige terbuat dari kayu jati. Hal ini melambangkan status sosial sang sultan juga melambangkan bahwa sultan merupakan seorang yang memiliki kepribadian tenang dalam menghadapi berbagai persoalan.
  5. Atap. Atap rumah terbuat dari rangka kayu atau bambu denagn rumbia atau nioah sebagai penutupnya.

Nah, demikianlah pemaparan sekilas mengenai rumah Banua Tada yang menjadi rumah adat Sulawesi Tenggara. Semoga dengan gambar-gambar yang kami sajikan di atas, Anda semakin mengenali peninggalan budaya bangsa yang satu ini. Semoga bermanfaat.

Advertisement
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Terkait : Rumah Adat Sulawesi Tenggara dan Penjelasannya