Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel 7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara, Isi, dan Gambarnya [Bag. 1]. Jika Anda belum membaca artikel tersebut, sebaiknya jangan lanjutkan membaca!
6. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di kampung Batutumbuh, desa Tugu , Koja-Jakarta Selatan pada tahun1911 oleh P.de Roo de la Faille. Isinya menjelaskan tentang penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman. Penggalian sungai ini adalah ide untuk mencegah banjir saat musim hujan yang sering terjadi di wilayah kerajaan terutama pada masa pemerintahan Purnawarman, serta bencana kekeringan lahan pertanian yang sering terjadi pada musim kemarau.Prasasti Tugu berbentuk batu bulat telur dengan tinggi ± 1m. Padanya terpahatkan pesan dalam aksara Palawa dan bahasa Sansekerta. Pesan tersebut disusun dalam lima baris membentuk metrum Anustubh. Selain itu, prasasti terpanjang peninggalan kerajaan Tarumanegara ini juga punya keunikan tersendiri. Ia memiliki pahatan hiasan tongkat trisula yang tegak memanjang yang berguna sebagai pemisah awal dan akhir kalimat dalam seloka.
Teks:
pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau. pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa narendradhvajabhutena srimata purnavarmmana. prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih
ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka. pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena prayati krtadaksina
Terjemahan:
Dahulu sungai yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan yang memilki lengan kencang serta kuat yakni Purnawarmman, untuk mengalirkannya ke laut, setelah kali (saluran sungai) ini sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnnawarmman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja-raja, (maka sekarang) dia pun menitahkan pula menggali kali (saluran sungai) yang permai dan berair jernih Gomati namanya, setelah kali (saluran sungai) tersebut mengalir melintas di tengah-tegah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja Purnnawarmman). Pekerjaan ini dimulai pada hari baik, tanggal 8 paro-gelap bulan dan disudahi pada hari tanggal ke 13 paro terang bulan Caitra,jadi hanya berlangsung 21 hari lamanya, sedangkan saluran galian tersebut panjangnya 6122 busur. Selamatan baginya dilakukan oleh para Brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan”
7. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau Prasasti Pasir Kolengkak merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan pertama kali oleh Jonathan Riff pada tahun 1854. Ia ditemukan di sebuah perkebunan jambu yang daerahnya kini terletak di kampung Pasir Gintung, Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Bogor.Prasasti Jambu berisi dua baris kalimat dalam aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta yang disusun dalam bentuk seloka metrum Sragdhara. Prasasti ini berisi tentang keagungan dan kehebatan Raja Purnawarman dalam memimpin kerajaan. Selain tulisan, prasasti ini juga dilengkapi dengan pahatan gambar sepasang telapak.
Teks:
siman=data krtajnyo narapatir=asamo yah pura tarumayam/ nama sri purnnavarmma pracura ri pusara bhedya bikhyatavarmmo/
tasyedam= pada vimbadvayam= arinagarot sadane nityadaksam/ bhaktanam yandripanam= bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam//
Terjemahan:
"Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termashyur Sri Purnawarman yang sekali waktu (memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya."
Nah, itulah 7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Ketujuh prasasti ini merupakan salah satu bukti sejarah keberadaan Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa. Semoga kita bisa menjaga dan merawatnya sebagai warisan cerita anak dan cucu kita di masa yang akan datang.